the place to be smart











poster4.jpgPerjalanan Koreografi

 

SoloManono

Cie Pàl Frenàk

Tubuh dan jiwa kita adalah jejak dari kenangan-kenangan kita yang tercipta berkat interaksi antar materi, ruang, tubuh dan bebauan. Kulit kita, jiwa kita menyadari, menyerap tanda-tanda dari orang-orang yang mengelilingi kita, sementara kita sendiri menyebarkan jejak-jejak dan tanda-tanda di wilayah eksistensi kita».Pàl Frenàk. Pàl Frenàk lahir di Hongaria dari orang tua tuna rungu-tuna wicara. Pengamatannya terhadap bahasa tubuh membuatnya mampu menanggulangi suasana sulit masa kanak-kanaknya di asrama-asrama pada masa-masa komunis.

Dari sekolah tari klasik di Akademi Endre Jessinski di Budapest dan tari kontemporer melalui teknik Merce Cunningham, lakon-lakon dia juga merupakan saksi perjalanan dan perjumpaan-perjumpaannya. Memenangkan hadiah di 1998 dari Villa Kujoyama di Kyoto, ia juga bersentuhan dengan budaya Jepang dengan mempelajari gerak-gerik sehari-hari dan terinspirasi oleh gaya Butoh. Sejalan dengan kreasi-kreasinya, ia juga mengembangkan workshops bagi para tuna rungu-tuna wicara, para autis dan penyandang cacat tubuh, terutama di Daerah Picardie dan Nord Pas-de-Calais, tempat Sanggarnya berada sejak beberapa tahun.

Perjalanan koreografi di Museum Ludwig, pusat seni kontemporer Budapest, di Juni 2005 telah menandai awal suatu proses performa luar-gedung Cie Pàl Frenàk.

Kemampuan sihir gerakan, merajut hubungan-hubungan antara gerak-gerik dan ucapan, antara tari dan seni plastis dari panggung ke kota.

Bagaimana suatu simbiosis dapat tercipta dengan publik melampaui sudut pandang tatap langsung dan tak gerak di ruang pertunjukan? Perjalanan Manono di Galeri Taman Budaya dan kolaborasinya dengan sanggar Miroto Dance akan mencoba menstimulasi kemungkinan pertukaran dengan pendekatan koreografis Pàl Frenàk.

Solo Manono

Tari solo yang terinspirasi dari gerakan Buto, tarian khas Jepang ini
mengantarkan kita ke dalaman dunia biru. Dengan gaun yang terkembang
sebagai perpanjangan dari penutup tubuh. Malalui kekuatan daya tarik
listrik biru api, dengan jubah yang terkembang seakan tubuhnya semakin
besar. Koreografer memperlihatkan apa yang bertahan pada tubuh dan
menampilkan perlawanan tubuh manusia dalam konteks perkotaan ke
pedesaan, bagaimana energi meninggalkan jejak, beredar dan berputar pada
sebuah panopang vertikal. Dengan warna biru langit yang terpancar dari
matanya, tubuh bagaikan sebuah kuas, kostumnya yang berwarna biru
bagaikan pelapis kedua, Manono muncul dari angkasa, berputar, bersinar,
menampilkan gerakan cepat dan bebas di hadapan para penonton.

Behind the body

kolaborasi Pàl Frenàk,Miroto Dance Company dan ISI, Sabtu 24 Februari akan menampilkan hasil kolaborasi antara Pàl Frenàk, Miroto Dance Company dan ISI. Ide awal kolaborasi ini adalah karya yang berkisar pada gerakan tubuh: bila gerakan tangan dalam tari tradisional Jawa dilakukan de depan, maka Pàl Frenàk mengembangkan gaya yang gerakan tanganya banyak dilakukan di belakang badanya.

Solo Manono : Galeri Taman Budaya (J Sriwedani 1) : Jumat 23 Februari 2007 – 19.30 : Gratis

Workshops dan kolaborasi dengan Miroto Dance Company serta ISI (Institut Seni Indonesia) : 21-24 Februari 2007

Kolaborasi sekitar Solo Manono (Behind the body): Studio Tari Benjarmili (Kradenan Rt 04 Rw 07, Banyuraden Gamping) : Sabtu 24 Februari 2007 – 19.30 : Gratis

Akan disediakan bus pengantar dari LIP

Solo Manono

Musik: Fabrice Planquette / Fred Bigot

Interpretasi: Pàl Frenàk

Koproduksi: Cie Pàl Frenàk

Photo: Kataline Sandor

Partners: Mercure | Novotel | Ibis | Taman Budaya | Miroto Dance Company | ISI | Geronimo | Prambors | Gong magazine



Leave a comment

et cetera